“Allah wujudkan
perpisahan antara kita dengan orang yang kita suka. Kita tak nampak hikmahnya,
sebab DIA bekerja dalam rahasia. Namun sebenarnya Allah memisahkan dengan orang
yang belum tentu jodoh kita, sebab DIA tidak mau kita terluka dengan lebih
dalam”.
Mungkin pengantar tersebut menggambarkan bagaimana kegelisahan jiwa usang yang ditinggal pergi kesatrianya. Entah, harus bagaimana dia
bersedih. Karena dia hidup tak untuk bersedih. Ataukah dia harus menangis,
namun dia bangkit tak untuk menangisi hal yang aneh untuk ditangisi. Ataukah...
ah sudahlah lupakan! Mungkin setiap orang pernah merasakan hal serupa.
Bagaimana rasa kehilangan seseorang, ataupun sesuatu benda yang tak dapat
diganti oleh apapun, apapun itu. Dia hanya dapat berserah kepadanya. Ah bodoh
sekali dia, saat dia binggung lantas itu kembali menemui-Nya. DIA yang selalu
ada untuknya, namun dia mengabaikannya.
Berkali-kali seperti ini, namun betapa bodohnya dia.
Berkali-kali juga dia mengabaikan-Nya. Dasar tak tahu diri. Namun ada satu
keyakinan yang tak goyang, bahwa DIA selalu menerima dia apa adanya, yah kita semua termasuk kamu! Dalam
keadaan apapun kita pasti DIA tak akan menghindar. Untuk meyakinkan pilihannya, dia putuskan untuk ber-istikharah.
Namun dia lagi-lagi takut, yahh.. takut jika semua benar-benar berakhir.
Berakhir dan berganti dengan masalah hati yang baru. Aaaa.... teriaknya dengan
keras dalam hati yang tak pernah dia berani untuk berteriak dari mulutnya. Banyak sekali pilihan di dunia ini, serasa waktu 24 jam tak cukup untuk memilih hal-hal sepele seperti ini. Maunya lari dari masalah, namun dia tak mampu untuk menerima masalah baru yang belum tentu dia bisa menghadapi.
Hari-hari berlalu, dari kabut tebal menyelimuti. datang sesosok petarung, yahh sepertinya petarung hebat. Semakin dekat... dekatt.. dan dekat.. itu adalah kesatrianya. Dia kembali. Entah untuk apa dia kembali. Oh sungguh bahagia walau mungkin kedatangannya bukan untuk kembali pada jiwa yang ditinggalkannya.
Hari-hari berlalu, dari kabut tebal menyelimuti. datang sesosok petarung, yahh sepertinya petarung hebat. Semakin dekat... dekatt.. dan dekat.. itu adalah kesatrianya. Dia kembali. Entah untuk apa dia kembali. Oh sungguh bahagia walau mungkin kedatangannya bukan untuk kembali pada jiwa yang ditinggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar