Kamis, 08 Mei 2014

Bibir Merah Jambu




        Dia tak membenci kalian! Lagi lagi dia merasa takut. Sangat takut dan terlalu cemas terhadap bahaya tangan malaikat yang setiap saat dapat menarik jiwanya keluar. Dia hanya berusaha untuk menunjukan bagaimana dia berusaha untuk menjadi wanita yang berkelakuan baik dan selalu mengingat Rabb-Nya. Bukan untuk ajang pamer atau sok alim, bukan untukk itu dan bukan karena itu.
        Yaa Rabb-  bantu dia keluar dari jeratan dunia. Mati?? Tidak! Bukan mati, karena dia belum punya bekal untuk dia pergi. Uang? Makanan? Minuman? BUKAN itu semua. Sesuatu yang berharga namun tak tampak. Ghaib? Yah amalan dunia untuk mengahadapNya. Dia hanya ingin selamat dunia-akhirat bersama semua temannya, semua orang di dunia. Tak ingin seorangpun merasa sakit, namun tak tahu cara memberitahu. Lewat speaker masjid aja! Emang dikira adzan
       Semakin hari semakin menyeret, ohhh haruskah dia beritahu kalian melalui speaker masjid? tidak tidak... namun dia akan berusaha memberi tahu kalian melalui Agamanya. Karena disitu seluruh tata kelakuan diatur. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan sampai tidur selamanya, ada disitu! Dan sekarang dia percaya bahwa tidak akan ada lagi jiwa-jiwa yang akan terseret oleh Bibir Merah Jambu.

Rabu, 07 Mei 2014

Haruskah Istikharah?



“Allah wujudkan perpisahan antara kita dengan orang yang kita suka. Kita tak nampak hikmahnya, sebab DIA bekerja dalam rahasia. Namun sebenarnya Allah memisahkan dengan orang yang belum tentu jodoh kita, sebab DIA tidak mau kita terluka dengan lebih dalam”. 

         Mungkin pengantar tersebut menggambarkan bagaimana kegelisahan jiwa usang yang ditinggal pergi kesatrianya. Entah, harus bagaimana dia bersedih. Karena dia hidup tak untuk bersedih. Ataukah dia harus menangis, namun dia bangkit tak untuk menangisi hal yang aneh untuk ditangisi. Ataukah... ah sudahlah lupakan! Mungkin setiap orang pernah merasakan hal serupa. Bagaimana rasa kehilangan seseorang, ataupun sesuatu benda yang tak dapat diganti oleh apapun, apapun itu. Dia hanya dapat berserah kepadanya. Ah bodoh sekali dia, saat dia binggung lantas itu kembali menemui-Nya. DIA yang selalu ada untuknya, namun dia mengabaikannya.
        Berkali-kali seperti ini, namun betapa bodohnya dia. Berkali-kali juga dia mengabaikan-Nya. Dasar tak tahu diri. Namun ada satu keyakinan yang tak goyang, bahwa DIA selalu menerima dia apa adanya, yah kita semua termasuk kamu! Dalam keadaan apapun kita pasti DIA tak akan menghindar. Untuk meyakinkan pilihannya, dia putuskan untuk ber-istikharah. Namun dia lagi-lagi takut, yahh.. takut jika semua benar-benar berakhir. Berakhir dan berganti dengan masalah hati yang baru. Aaaa.... teriaknya dengan keras dalam hati yang tak pernah dia berani untuk berteriak dari mulutnya. Banyak sekali pilihan di dunia ini, serasa waktu 24 jam tak cukup untuk memilih hal-hal sepele seperti ini. Maunya lari dari masalah, namun dia tak mampu untuk menerima masalah baru yang belum tentu dia bisa menghadapi.
        Hari-hari berlalu, dari kabut tebal menyelimuti. datang sesosok petarung, yahh sepertinya petarung hebat. Semakin dekat... dekatt.. dan dekat.. itu adalah kesatrianya. Dia kembali. Entah untuk apa dia kembali. Oh sungguh bahagia walau mungkin kedatangannya bukan untuk kembali pada jiwa yang ditinggalkannya.