Rabu, 04 Juni 2014

Bilang saja "Tehmu tumpah!"



                Dengan seragam kuning-hijau anak TK itu, sebut saja “pink” setip harinya diantarkan ke Sekolah. Tak banyak teman, tak pandai berjaul, dan selalu di jadikan bahan cacian karena kekurangan pada cara berjalannya. Ohh.. malang nian nasibmu Nak. Seperti biasa, seluruh siswa berbaris untuk berdoa sebelum memasuki kelas. Begiupun dengan pink, dia tertip mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku. Setelah berdoa, anak-anak memasuki ruang kelas masing-masing. Di Sekolah tersebut terdapat 3 ruangan, ruang pertama menghadap timur adalah kantor, lalu ruangan kedua menghadap selatan sebelah kantor adalah kelas nol kecil, dan ruang terakhir adalah kelas nol besar. Dan ruangan yang ketiga adalah ruang kelas pink.
Si pink tak memiliki teman dekat, namun ada satu teman yang dapat mengerti keadaannya, selalu. Melani dan Vita, yah mereka bagai malaikat kecil penolong. Melani adalah teman sebangku pink yang selalu menjadi teman berbagi sedangkan Vita adalah teman yang senantiasa menemani pink pulang karena rumah mereka dekat. Sebelum pelajaran dimulai pink dan Mel, sebutan utnuk Melani berbincang tentang bekal yang hari ini mereka bawa. Pink hanya membawa sebotol teh hangat yang dibawakan oleh ibunya, sedangkan Mel membawa teh dan sekotak roti isi selai nanas untuk dibagi bersama pink. Hmm...itulah baiknya Mel.
Add caption
               Pelajaranpun dimulai, Bu Mariam meminta tugas menggambar minggu lalu untuk dikumpulkan untuk dinilai. Sambil menunggu pink dan Mel berbagi canda. Lama dan lama, entah lama sekali Bu Mariam memberi nilai, ah sudahlah memang anak TK seperti  pink mengertia apa tentang hal-hal seperti itu. Yang anak TK hanya bermain, mengerjakan apa yang mereka sukai. Yahh itu.. waktupun terus berjalan dan tiba-tiba pink pingin buang air kecil. Pink pun ingin Mel mengantarnya ke kamar mandi, namun sial, Mel menolak. Mel takut pada Bu Mariam yang terkenal sulit untuk mengangkat bibirnya, tersenyum.
Tak bisa menahan lagi, pink pun meminta izin kepada Bu Mariam untuk ke kamar mandi. Namun, hanya tolehan sinis yang Bu Mariam berikan. Anak TK mana yang berani dengan lirikan tanpa makna seperti itu? Pink hanya bisa menahan dalam-dalam keinginannya. Mel yang hanya memberi saran untuk segera ke kamar mandi pun tak dia hiraukan. Terbesit dalam pikiran pink untuk meluncurkan air seninya, ngompol. Hanya dengan cara itu dia merasa bebas. Lalu pink pun menyuruh Mel untuk mengaku jika nanti pink pipis di celana bilang bahwa “tehmu tumpah”.
               Merasa aksinya akan berhasil, perlahan namun basah pink pun mulai mengucurkan sedikit semi sedikit air seninya. Dan.. ah betapa leganya setelah pipis. Sial dan sial, kalimat yang seharusnya terucap dari mulut Mel adalah “Bu teh saya tumpah” namun kalmat yang terucap dari mulutnya adalah “Bu pink pipis dicelana”. Seketika itupun seluruh mata tertuju pada pink. Ahhh dasar Mel, harusnya dia melancarkan aksinya. Sekarrang pink hanya bisa tertunduk malu dan berharap malaikat penyelamat datang. Seakan do’anya didengar, dari kejauhan terdengar ketukan pintu. Dan masuklah guru yang pink kagumi, bu Sutik. Ahh entah siapa yang mengadukan kejadian ini ke kantor, pink tak peduli. Yag pink pedulikan hanya ada malaikat penolong yang akan mengangkat pink dari ruangan pengap dengan orang yang tak acuh padanya.
Waktupun berlalu begitu cepat begitu pula dengan pink yang mengenakan bawahan tanpa dalaman yang diberikan Bu Sutik dan hanya menyendiri di kantor dengan tas Hijau miliknya. Seakan dia akan dikucilkan jika dia masuk kelas. Waktu pulangpun tiba, seperti biasa pink pulang bersama Vita. Hari itu tak akan pink lupakan dalam  hidupnya antara “Bu pink pipis dicela” dengan “tehmu tumpah”.

Kamis, 08 Mei 2014

Bibir Merah Jambu




        Dia tak membenci kalian! Lagi lagi dia merasa takut. Sangat takut dan terlalu cemas terhadap bahaya tangan malaikat yang setiap saat dapat menarik jiwanya keluar. Dia hanya berusaha untuk menunjukan bagaimana dia berusaha untuk menjadi wanita yang berkelakuan baik dan selalu mengingat Rabb-Nya. Bukan untuk ajang pamer atau sok alim, bukan untukk itu dan bukan karena itu.
        Yaa Rabb-  bantu dia keluar dari jeratan dunia. Mati?? Tidak! Bukan mati, karena dia belum punya bekal untuk dia pergi. Uang? Makanan? Minuman? BUKAN itu semua. Sesuatu yang berharga namun tak tampak. Ghaib? Yah amalan dunia untuk mengahadapNya. Dia hanya ingin selamat dunia-akhirat bersama semua temannya, semua orang di dunia. Tak ingin seorangpun merasa sakit, namun tak tahu cara memberitahu. Lewat speaker masjid aja! Emang dikira adzan
       Semakin hari semakin menyeret, ohhh haruskah dia beritahu kalian melalui speaker masjid? tidak tidak... namun dia akan berusaha memberi tahu kalian melalui Agamanya. Karena disitu seluruh tata kelakuan diatur. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, bahkan sampai tidur selamanya, ada disitu! Dan sekarang dia percaya bahwa tidak akan ada lagi jiwa-jiwa yang akan terseret oleh Bibir Merah Jambu.

Rabu, 07 Mei 2014

Haruskah Istikharah?



“Allah wujudkan perpisahan antara kita dengan orang yang kita suka. Kita tak nampak hikmahnya, sebab DIA bekerja dalam rahasia. Namun sebenarnya Allah memisahkan dengan orang yang belum tentu jodoh kita, sebab DIA tidak mau kita terluka dengan lebih dalam”. 

         Mungkin pengantar tersebut menggambarkan bagaimana kegelisahan jiwa usang yang ditinggal pergi kesatrianya. Entah, harus bagaimana dia bersedih. Karena dia hidup tak untuk bersedih. Ataukah dia harus menangis, namun dia bangkit tak untuk menangisi hal yang aneh untuk ditangisi. Ataukah... ah sudahlah lupakan! Mungkin setiap orang pernah merasakan hal serupa. Bagaimana rasa kehilangan seseorang, ataupun sesuatu benda yang tak dapat diganti oleh apapun, apapun itu. Dia hanya dapat berserah kepadanya. Ah bodoh sekali dia, saat dia binggung lantas itu kembali menemui-Nya. DIA yang selalu ada untuknya, namun dia mengabaikannya.
        Berkali-kali seperti ini, namun betapa bodohnya dia. Berkali-kali juga dia mengabaikan-Nya. Dasar tak tahu diri. Namun ada satu keyakinan yang tak goyang, bahwa DIA selalu menerima dia apa adanya, yah kita semua termasuk kamu! Dalam keadaan apapun kita pasti DIA tak akan menghindar. Untuk meyakinkan pilihannya, dia putuskan untuk ber-istikharah. Namun dia lagi-lagi takut, yahh.. takut jika semua benar-benar berakhir. Berakhir dan berganti dengan masalah hati yang baru. Aaaa.... teriaknya dengan keras dalam hati yang tak pernah dia berani untuk berteriak dari mulutnya. Banyak sekali pilihan di dunia ini, serasa waktu 24 jam tak cukup untuk memilih hal-hal sepele seperti ini. Maunya lari dari masalah, namun dia tak mampu untuk menerima masalah baru yang belum tentu dia bisa menghadapi.
        Hari-hari berlalu, dari kabut tebal menyelimuti. datang sesosok petarung, yahh sepertinya petarung hebat. Semakin dekat... dekatt.. dan dekat.. itu adalah kesatrianya. Dia kembali. Entah untuk apa dia kembali. Oh sungguh bahagia walau mungkin kedatangannya bukan untuk kembali pada jiwa yang ditinggalkannya.